Senin, 10 Desember 2018

SEJARAH PERKEMBANGAN TEATER DI INDONESIA



Tradisi teater sudah ada sejak dulu dalam masyarakat Indonesia. Hal ini terbukti dengan sudah adanya teater tradisional di seluruh wilayah tanah air. Fungsi teater pada saat itu adalah sebagai :

1.      memanggil kekuatan gaib
2.      menjemput roh pelindung untuk hadir di tempat pertunjukan
3.      memanggil roh baik untuk mengusir roh jahat
4. peringatan nenek moyang dengan mempertontonkan kegagahan/kepahlawanan
5.      pelengkap upacara



Teater Rakyat (tradisional)
Teater tradisional atau Teater Rakyat lahir di tengah-tengah rakyat dan masih menunjukkan kaitan dengan upacara adat dan keagamaan. Artinya pertunjukan hanya dilaksanakan dalam kaitan dengan upacara tertentu, seperti khitanan, perkawinan, selamatan dan sebagainya. Yang menanggung semua pembiayaan adalah yang punya hajat dan dapat ditonton gratis oleh undangan dan masyarakat. Tempat pertunjukan dapat dimana saja; halaman rumah, kebun, balai desa, tanah lapang dan seterusnya. Contoh-contoh teater rakyat adalah sebagai berikut :
1)   Makyong dan Mendu di daerah Riau dan Kalimantan Barat
2)   Randai dan Bakaba di Sumatera Barat
3)   Mamanda dan Bapandung di Kalimantan Selatan
4)   Arja, Topeng Prembon, dan Cepung di Bali
5)   Ubrug, Banjet, Longser, Topeng Cirebon, Tarling, dan Ketuk Tilu di Jawa Barat
6)   Ketoprak, Srandul, Jemblung, Gatoloco di Jawa Tengah
7)   Kentrung, Ludruk, Ketoprak, Topeng Dalang, Reyog, dan Jemblung di Jawa Timur
8)   Cekepung di Lombok
9)   Dermuluk di Sumatera Selatan dan Sinlirik di Sulawesi Selatan
10) Lenong, Blantek, dan Topeng Betawi di Jakarta
11) Randai di Sumatera Barat



Teater Klasik (keraton)
Sifat teater ini sudah mapan, artinya segala sesuatunya sudah teratur, dengan cerita, pelaku yang terlatih, gedung pertunjukan yang memadai dan tidak lagi menyatu dengan kehidupan rakyat (penontonnya). Lahirnya jenis teater ini dari pusat kerajaan. Sifat feodalistik tampak dalam jenis teater ini. Para seniman dihidupi oleh raja dengan menjadi pegawai kerajaan yang mendapat tugas religius dan tugas mengangkat kebesaran atau kemuliaan sang raja. Contohnya Wayang Kulit, Wayang Orang, Wayang Golek, dan Langendriya. Ceritanya statis, tetapi memiliki daya tarik berkat kreatifitas dalang atau pelaku teater tersebut dalam menghidupkan lakon.



Teater Modern
Teater modern merupakan teater yang bersumber dari teater tradisional, tetapi gaya penyajiannya sudah dipengaruhi oleh teater Barat. Jenis teater seperti Komedi Stambul, Sandiwara Dardanela, Sandiwara Srimulat, dan sebagainya merupakan contoh teater modern. Dalam Srimulat sebagai contoh, pola ceritanya sama dengan Ludruk atau Ketoprak, jenis ceritanya diambil dari dunia modern. Musik, dekor, dan properti lain menggunakan teknik Barat.


Dari contoh-contoh di atas, nyatalah bahwa teater sudah membudaya dalam kehidupan bangsa kita. Dalam teater, penonton tidak hanya disuguhi pengetahuan tentang baik/buruk, dan indah/jelek, tetapi ikut menyikapi dan melihat action. Kalau mungkin, jika siswa-siswa berteater, mereka melaksanakan tiga matra tujuan mengajar menurut Bloom, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sebab itulah penggunaan teater dalam media pendidikan semakin populer.
Menurut Sumardjo periodisasi teater modern adalah :
1) Masa Perintisan (1885-1925)
    - Teater Bangsawan (1885-1902)
    - Teater Stamboel (1891-1906)
    - Teater Opera (1906-1925)
2) Masa Kebangkitan (1925-1941)
    - Teater Miss Riboet’s Oreon (1925)
    - Teater Dardanela opera (1926-1934)
    - Awal teater modern di Indonesia (1926)
3) Masa perkembangan (1942-1970)
    - Teater zaman Jepang
    - Teater tahun 1950-an
    - Teater tahun 1960-an
4) Masa Teater mutakhir (1970-1980-an)



Akhir-akhir ini banyak keluhan karena bengkrutnya group-group teater tradisional. Di zaman modern ini para pengelola group kesenian dituntut kemampuan yang lebih canggih, tidak hanya kemampuan dalam bidang kesenian atau penyutradaraan. Kemampuan manajemen perusahaan, kemampuan pemasaran, kemampuan psikologi massa untuk membaca selera penonton sangat diperlukan. Seniman-seniman teater tradisional kini juga sudah semakin sedikit jumlahnya karena ditinggalkan oleh mereka yang senior. Nama-nama besar seperti Cokro Jiyo, Markuat, Atmonadi, Basiyo, Narto Sabdo, dan sebagainya kini telah tiada. Siswo Budoyo dengan Siswondo dan Jusuf Agil juga mengalami kehancuran karena dua tokoh itu telah tiada.

Kini kita berpaling ke drama-drama modern yang menggunakan naskah. Kiranya sukses drama tradisional dalam kemandiriannya tidak dapat diwarisi oleh grup-grup drama modern. Walaupun begitu kehadiran mereka dalam khasanah sastra Indonesia merupakan fenomena yang tidak dapat dilupakan. Kita kenal nama-nama besar seperti Bengkel Teater, Teater Populer, Teater Starka, Teater Alam, dan sebagainya. Profesionalisme dalam berkesenian belum cukup untuk menjawab tantangan jaman. Dibutuhkan pengelola keuangan dan organisator yang mampu memanjangkan nafas hidup group-group teater modern. Paling tidak teater modern membutuhkan impresario atau tokoh semacam itu.

Di berbagai kota, banyak dramawan-dramawan muda yang masih memiliki idealisme tinggi meneruskan kegiatan berteater meskipun secara finansial tidak menjajikan perbaikan nasib. Di Surakarta, kehidupan Taman Budaya Surakarta (TBS) dimotori oleh dramawan-dramawan muda, seperti Hanindrawan, Sosiawan Leak, dan dramawan-dramawan muda dari 9 fakultas di UNS, serta dari perguruan tinggi lain di Surakarta.

Teater-teater sekolah marak tumbuh. Begitu juga teater di perguruan tinggi. Setiap fakultas biasanya memiliki group teater karena ditunjang oleh dana kemahasiswaan yang memadai. Hal ini menyebabkan lahirnya dramawan-dramawan muda yang penuh idealisme dan banyak berpikir pentas yang disertai dengan diskusi-diskusi tentang drama dan teater. 

Mengenal Teater Tradisional yang Ada Di Korea


Mungkin sebagaian dari kita mengenal korea dengan film dramanyayang sudah menudunia. Namun taukah anda mengenai kebudayaan teater yang di miki korea? Langsung saja simak artikelnya dibawah ini.

Misio
yang pertama, Miso adalah pertunjukan kesenianan tradisional Korea yang pertama kalinya dibuka untuk umum di Chongdong Theater pada tahun 1997. Pertunjukan ini merupakan medley (rangkaian) dari beberapa kesenian sekaligus yakni Salmunori  (kuartet perkusi tradisional Korea), Pansori (lagu tradisional), pertunjukan Gugak (musik tradisional Korea), musik orkestra, tari kipas  dan Ogomu (tarian yang menggunakan 5 drum). Pengelola Chongdong Theater, mengklaim pertunjukan ini tidak pernah gagal memesona penonton. Bahkan walaupun durasinya cukup panjang, banyak penonton yang rela untuk menonton dan tidak mau ketinggalan walau hanya pergi sejenak untuk mebeli makanan, karan pertunjukan ini sangatlah menarik bagi orang korea. Secara keseluruhan Miso menceritakan kisah seorang wanita yang sedang jatuh cinta. Kisah cinta ini digambarkan melalui gerakan tarian Salpuri yakni tarian untuk mengusir nasib buruk dan roh jahat plus tarian kipas yang menjadi ikon dari Miso.

Pansori
Sedangkan Pansori adalah seni tradisional Korea yang ditetapkan menjadi warisan budaya dunia pada tahun 2003 oleh UNESCO. Pansori merupakan format dalam cerita, terdapat pemain sandiwara sebagai pusat yang menyampaikan dialog serta nyanyian menjadi cerita utuh.


Sumber : Wikipedia

Dan untuk pemain lain menambahkan seperti penggambaran suasana hati juga irama sesuai cerita serta dengan pukulan drum juga kata-kata yang disebut dengan chuimsae. Namun, anehnya, semua pengunjung tidak pernah kecewa dengan pertujukan Pansori.

Talchum

yang pertama adalah Talchum diartikan secara harfiah adakah tari topeng yang dalam pertunjukan terdapat unsur tari, musik dan juga teater. Sedangkan para pemimpin menggunakan topeng juga memainkan naskah seperti dialog dan juga nyanyian, sehingga para pemain sandiwara dapat merahasiakan identitas mereka. Kebudayaan ini masih di lestarikan oleh pemerindah dan masyarakat di korea hingga sekarang.

Deolmi

adalah permainan wayang boneka Kelompok Namsadang yang namanya berasal dari cara menggerakan deolmi (tengkuk) boneka. Pada zaman dahulu permainan wayang yang populer adalah kkokdugaksi noreum, bakcheomji noreum, dan hongdongji noreum. Namun pada saat ini hanya kkokdugaksi noreum yang masih dimainkan. Tema yang dimainkan umumnya adalah mengenai penyalahgunaan kekuasaan oleh pemimpin dan perlawanan dari masyarakat, sindiran terhadap biksu Buddha yang murtad, serta harapan dan aspirasi rakyat jelata. Sekitar empat puluh buah boneka dimainkan dalam dua episode yang dibagi kedalam tujuh babak yang saling berkaitan maupun lepas.

Deotboegi
adalah drama tari topeng yang ditampilkan oleh kelompok Namsadang khusus untuk menarik minat dan perhatian dari penonton lokal, sehingga agak berbeda dibandingkan drama tari topeng regional yang lebih kuat elemen ritualnya. Dialog dan pementasan yang ditampilkan berisikan lawakan dan lakon konflik antara kaum bangsawan dan rakyat jelata yang terdiri dari empat episode.

Changgeuk

adalah jenis pementasan opera Korea yang berkembang dari kesenian pansori (opera tradisional). Jenis opera ini dipengaruhi beberapa aspek opera barat namun menceritakan cerita rakyat Korea. Jika pansori dinyanyikan oleh seorang penyanyi, maka dalam changgeuk terdapat beberapa penyanyi.  Changgeuk pertama kali dipentaskan pada tahun 1903 di Hyeopnyulsa, sebuah teater barat pertama di Korea Pementasan pertama changgeuk adalah Kisah Chunhyang oleh beberapa aktor antara lain Kang Yong-hwan. Pada tahun 1908, sebuah bentuk teatrikal yang membagi peran dan serangkaian adegan menyanyi dipentaskan di Teater Wongaksa. Pada tahun 1933, bentuk opera changgeuk semakin kokoh dengan terbentuknya Masyarakat Musik Vokal Joseon. Panggung yang digunakan dalam pementasan ini menggunakan panggung teater khas barat.

Sumber : Kiwipedia

Itulah sebagian seni teater korea yang dapat saya sampaikan pada artikel kali ini. Untuk menanggapi kesenian korea yang saat ini masih di pertahankan dengan baik, menjadi alasan saya menulis artikel ini agar kita sebagai warga Indonesia bisa mengembangkan dan melestarikan kebudayaan kita khususnya seni teater. Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca, Terimakasih dan Salam Budaya.

SEJARAH PERKEMBANGAN TEATER DI INDONESIA

Tradisi teater sudah ada sejak dulu dalam masyarakat Indonesia. Hal ini terbukti dengan sudah adanya teater tradisional di seluruh wila...