Jumat, 16 November 2018

Mengenal Seni Teater Mamanda

A. Sejarah Mamanda



Mamanda adalah seni teater rakyat atau pementasan tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan. Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih mirip dengan Lenong dari segi hubungan yang terjalin antara pemain dengan penonton. Interaksi ini membuat penonton menjadi aktif menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat membuat suasana jadi lebih hidup.Bedanya, Kesenian lenong kini lebih mengikuti zaman ketimbang Mamanda yang monoton pada alur cerita kerajaan. 

Tokoh-tokoh yang dimainkan adalah tokoh baku seperti Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir, Panglima Perang, Harapan Pertama, Harapan kedua, Khadam (Badut atau ajudan), Permaisuri dan Sandut (Putri).Tokoh-tokoh ini wajib ada dalam setiap Pementasan. Agar tidak ketinggalan, tokoh-tokoh Mamanda sering pula ditambah dengan tokoh-tokoh lain seperti Raja dari Negeri Seberang, Perompak, Jin, Kompeni dan tokoh-tokoh tambahan lain guna memperkaya cerita.

Asal muasal Mamanda adalah kesenian Badamuluk yang dibawa rombongan Abdoel Moeloek dari Malaka tahun 1897. Dulunya teater di Kalimantan Selatan bernama Komedi Indra Bangsawan. Persinggungan kesenian lokal di Banjar dengan Komedi Indra Bangsawan melahirkan bentuk kesenian baru yang disebut sebagai Ba Abdoel Moeloek atau lebih tenar dengan Badamuluk. Kesenian ini hingga saat ini lebih dikenal dengan sebutan Mamanda.

Bermula dari kedatangan rombongan bangsawan Malaka (1897 M) yang dipimpin oleh Encik Ibrahim dan isterinya Cik Hawa di Tanah Banjar, kesenian ini dipopulerkan dan disambut hangat oleh masyarakat Banjar. Setelah beradaptasi, teater ini melahirkan sebuah teater baru bernama “Mamanda”.

B. Macam Aliran Mamanda


Mamanda mempunyai dua macam aliran. Pertama adalah aliran Batang Banyu yang hidup di pesisir sungai daerah Hulu Sungai yaitu di Margasari. Sering juga disebut Mamanda Periuk. Kedua adalah Tubau yang bermula tahun 1937 M. Aliran ini hidup di daerah Tubau, Rantau. Sering dipentaskan di daerah daratan. Aliran ini disebut juga Mamanda Batubau. Aliran ini yang berkembang di Tanah Banjar

Perbedaan utamanya ada pada inovasi pertunjukan. Dimana Mamanda Tubau lebih mengikuti perkembangan masa kini namun tetap menjaga setting kerajaan yang menjadi ciri Mamanda. Cerita Mamanda Periuk yang sering dipentaskan seperti hikayat Si Miskin, hikayat Marakarna, hikayat Cindera Hasan. Sedangkan dalam Mamanda Tubau cerita yang disajikan lebih bebas, kadang cerita yang diciptakan sutradara.

Musik pengiring dan lagu pun agak berbeda. Jika dalam Mamanda Periuk menggunakan lagu daerah, di Mamanda Tubau lagu modern seperti dangdut terkadang menjadi selingan. Busana kerajaan masih dipertahankan keduanya tentu saja. Namun pada Mamanda Tubau pemilihan busana kerajaannya lebih yang simpel.

4 komentar:

SEJARAH PERKEMBANGAN TEATER DI INDONESIA

Tradisi teater sudah ada sejak dulu dalam masyarakat Indonesia. Hal ini terbukti dengan sudah adanya teater tradisional di seluruh wila...